Thursday, May 7, 2015

Efisiensi Bank Syariah



Efisiensi Bank Syariah
Oleh: Leni Siti Syamsiah 

Mentari tersenyum simpul, sinarnya memandikan daun-daun yang bermekaran di taman kampus. Semua mahasiswa hilir mudik, hatiku dag dig dug penuh bahagia, karena sekarang perjuanganku selama empat tahun mengemban ilmu telah berakhir.
Aku mulai melangkahkan kaki di Auditorium Universitas Gadjah Mada, berkumpul dengan wisudawan yang lainnya. Aku duduk di jajaran pertama bersama teman-teman seperjuanganku di jurusan akuntansi, sedangkan orang tuaku masih berada di belakang wisudawan, menempati kursi yang telah disediakan untuk wali mahasiswa.
Suasana hening mulai terasa, acara wisuda siap dimulai, satu persatu mahasiswa dari prodi masing-masing yang dipanggil namanya melangkahkan kaki mendekati rektor dan jajaran dosen, membawa sertifikat dan toga. Begitupun denganku, Aku tidak percaya bahwa perjuanganku kuliah kini telah berakhir dengan kebahagiaan yang tak terkira. Kebahagiaanku bertambah setelah namaku dipanggil sebagai salah satu wisudawan yang berprestasi dengan nilai comeloude. Kulirik orang tuaku dengan mata nanar, terpancar kebanggaan dari pemandangan yang aku lihat.
Seminggu sudah, aku lulus dari Universitas Gadjah Mada, namun belum juga menemukan pekerjaan yang sesuai dengan jurusan yang aku ambil. Surat Lamaran telah kulayangkan pada beberapa perusahan dan bank-bank syariah di Yogyakarta. Sekarang tinggal menunggu panggilan kerja.
“Yoga, dimana kamu mau kerja?” sahut Ibu sembari membawakan makanan ke meja.
“Entahlah bu, aku lagi nunggu panggilan dulu”
“Iya, ibu punya kenalan yang kerja di bank, dia nawarin kamu?
“Bank apa bu?”
“Bank Mandiri”
“Syariah bukan bu?”
“Bukan kayaknya, bank kontemporer ga”
Aku terdiam, teringat semasa kuliah dulu, dosen mengajarkan materi tentang bank syariah dan bank kontemporer. Bathinku lebih tertarik pada bank Syariah, tapi peluang mengantarkanku untuk kerja di bank kontemporer. Saat itu aku benar-benar dilematis.
“Kamu kenapa? Ibu menangkap sinyal kebingungan dari mataku.
“Entahlah bu”
“Bukannya kerja di bank Syariah itu dibatasi, sedangkan di bank kontemporer kamu bisa lebih bebas” tambah Ibu yang mengerti keinginanku untuk kerja di bank syariah.
“Bank Syariah juga sekarang sudah berkembang bu, bank syariah sudah membuktikan efisiensinya dalam melayani masyarakat. Contohnya: Bank syariah banyak membantu masyarakat dalam hal pinjam meminjam tanpa riba. Sedangkan di bank kontempor banyak memicu persaingan masyarakat untuk mencari keuntungan. Pada saat mengalami kasus saja, sebagian besar nasabah penerima kredit Perbankan Konvensional pada saat itu mengalami gagal bayar (default) dengan bunga setinggi itu. Akibatnya adalah semakin tingginya penyaluran pembiayaan yang bermasalah (Non-Performng Loan/NPL).
Perbankan Syariah mampu bertahan lebih baik daripada perbankan konvensional pada saat krisis seperti itu. Prinsip syariah sendiri mengacu pada nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan, dan keuniversalan (rahmatan lil ‘alamin). Nilai-nilai inilah yang kemudian diaplikasikan dalam pengaturan Perbankan Syariah saat ini, termasuk juga di Indonesia. Prinsip Perbankan Syariah merupakan bagian dari ajaran Islam yang berkaitan dengan ekonomi Islam, dimana di dalamnya diatur mengenai larangan riba dalam berbagai bentuknya, dan dengan menggunakan sistem antara lain prinsip bagi hasil (equity based financing). Sedangkan Perbankan Konvensional sebagian besar mengelola dana nasabah yang mereka kumpulkan ke pasar keuangan seperti pasar modal dan pasar uang yang bersifat spekulatif, hal ini dipandang haram oleh perbankan syariah karena ada unsur perjudian (maisir)” lanjutku panjang lebar menceritakan efisiensi bank syariah.
Intinya keberhasilan Perbankan Syariah menghadapi krisis moneter yang melanda pada tahun 1997-1998 lalu lebih disebabkan penerapan prinsip-prinsip syariah yang mengutamakan cara-cara yang diperkenankan (halal), serta menjauhi cara-cara yang meragukan (subhat), apalagi yang dilarang dalam Islam (haram). Hal tersebutlah yang ingin bekerja di bank syariah, sudah terbukti memegang prinsip islam, aku bisa nyaman kerja di sana bu” ucapku terbata-bata, tenggorokanku kering karena menjelaskan efisiensi bank syariah tersebut.
“Ya sudah terserah kamu saja Yoga, Ibu hanya ingin yang terbaik buat kamu. Daripada nunggu yang gak jelas, lebih baik memilih yang jelas dan pasti-pasti saja” 
Gejolak api berkobar di dada, semangatku untuk tetap lebih memilih kerja di bank syariah, akhirnya terkabul. Salah satu stap bank mandiri syariah Yogyakarta menghubungiku dan memberi kabar gembira, bahwa lamaranku diterima. Alhamdulillah, akhirnya keinginaku bisa tercapai, segera kupeluk ibu. Ibu pun terharu penuh bangga. Syukur kami berakhir dengan air mata bahagia.